Blog Archive

Arduino Indonesia. Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Supported by Electronics 3 in 1

1. Jasa pencetakan PCB single layer dengan harga paling murah.

(Metode Pembuatan dengan Transfer Toner)
>PCB design sendiri (siap cetak) : Rp.150,-/Cm2
>PCB design dari kami : Rp.250,-/Cm2

(Metode Sablon Full Masking dan Silk Screen minimal pemesanan 100 Pcs)
>PCB design sendiri (siap cetak) : Rp.200,-/Cm2
>PCB design dari kami : Rp.250,-/Cm2

2. Jasa perancangan, perakitan, dan pembuatan trainer pembelajaran elektronika untuk SMK dan Mahasiswa.

3. Jasa perancangan, perakitan, dan pembuatan berbagai macam kontroller, sensor, aktuator, dan tranduser.
>Design Rangkaian / Sistem Elektronika
>Design Rangkaian / Sistem Instrumentasi
>Design Rangkaian / Sistem Kendali
>Kerjasama Riset (data atau peralatan)
>Kerjasama Produksi Produk-Produk KIT Elektronika
>Produksi Instrumentasi Elektronika

4. Jasa Pembuatan Proyek, Tugas Akhir, Tugas Laboratorium, PKM, Karya Ilmiah, SKRIPSI, dll

Like My Facebook

Popular Posts

Jumat, 29 Agustus 2025

Internal Voltage Regulator di Raspberry Pi Pico: Fungsi dan Cara Kerja untuk Pemula

Raspberry Pi Pico adalah papan mikrokontroler yang kuat, fleksibel, dan terjangkau. Bagi pemula di dunia embedded systems, mikrokontroler ini sering menjadi pilihan utama. Di balik kesederhanaannya, terdapat komponen penting yang menjadi kestabilan daya: Internal Voltage Regulator. Pemahaman tentang voltage regulator bukanlah hal yang rumit. Artikel ini akan membahas secara detail dan lengkap, khusus untuk pemula, mengenai apa itu internal voltage regulator, mengapa Raspberry Pi Pico membutuhkannya, bagaimana cara kerjanya, serta hal-hal praktis yang perlu Anda perhatikan.



Apa itu Voltage Regulator dan Mengapa Dia Penting?

 

Bayangkan voltage regulator sebagai pengatur aliran listrik yang cerdas dan stabil. Tugas utamanya adalah menerima tegangan listrik (voltage) input yang mungkin tidak stabil, terlalu tinggi, atau berfluktuasi, lalu mengubahnya menjadi tegangan output yang stabil, konstan, dan bersih sesuai dengan kebutuhan komponen elektronik di belakangnya.

Analoginya adalah seperti stabilizer yang mungkin Anda gunakan di rumah untuk melindungi kulkas atau komputer dari naik-turunnya tegangan listrik dari PLN.

Mengapa ini sangat kritis? Karena komponen elektronik modern, seperti mikroprosesor RP2040 di jantung Raspberry Pi Pico, sangat sensitif. Mereka membutuhkan tegangan operasi yang sangat spesifik (biasanya 3.3V) untuk berfungsi dengan benar. Jika tegangan yang diberikan:

- Terlalu tinggi (over-voltage): Komponen dapat rusak permanen dalam sekejap akibat kelebihan arus dan panas.

- Terlalu rendah (under-voltage): Mikrokontroler menjadi tidak stabil, berperilaku aneh, mengalami gagal baca/tulis, atau bahkan sama sekali tidak mau menyala.

- Kotor dan berfluktuasi (noise): Sistem dapat mengalami reset secara acak, bug yang sulit dilacak, atau gangguan pada komunikasi dan pembacaan sensor.

Oleh karena itu, voltage regulator adalah garis pertahanan pertama yang memastikan RP2040 dan teman-temannya mendapatkan suplai daya yang bersih dan tepat porsinya.

 

Skema Power Raspberry Pi Pico: Di Mana Posisi Regulatornya?

 

Raspberry Pi Pico didesain dengan sangat fleksibel. Anda dapat memberinya daya melalui beberapa cara:

1. Port Micro-USB: Sumber daya paling umum, menyediakan tegangan 5V dari charger HP, power bank, atau port komputer.

2. Pin VSYS: Pin yang memungkinkan Anda memberi daya dari sumber eksternal seperti baterai (2xAA, Li-Po, dll.) dengan rentang tegangan 1.8V hingga 5.5V.

3. Pin 3V3(OUT): Pin ini adalah pin keluaran yang menyediakan tegangan 3.3V. Hanya boleh digunakan untuk memberi daya ke komponen eksternal, bukan sebagai input. Jika diberi tegangan dari luar, regulator bisa rusak.

Di sinilah peran internal voltage regulator menjadi sentral. Sumber daya dari USB (5V) atau VSYS (1.8V-5.5V) belum sesuai dengan kebutuhan RP2040 yang hanya 3.3V. Tegangan ini harus "diturunkan" dan "distabilkan" terlebih dahulu.

 

Mengenal Jenis Regulator di Pico: Buck Converter yang Efisien

 

1. Linear Regulator (LDO - Low Dropout Regulator): Bekerja seperti resistor yang menyesuaikan diri. Kelebihannya sederhana dan menghasilkan output yang "bersih" (minimal noise). Kekurangannya, ia membuang kelebihan tegangan menjadi panas. Semakin besar selisih antara input dan output, serta semakin besar arus yang ditarik, semakin panas pula regulatornya. Ini sangat tidak efisien untuk aplikasi dengan selisih tegangan besar atau yang membutuhkan daya tinggi.

2. Switching Regulator (e.g., Buck/Boost Converter): Bekerja seperti pompa yang menyalurkan listrik dengan cara "menyala-mati" (switching) sangat cepat. Komponen seperti inductor (lilitan), capacitor, dan diode digunakan untuk menyimpan dan melepaskan energi. Kelebihan utamanya adalah efisiensi yang sangat tinggi (bisa >90%), karena sangat sedikit energi yang terbuang menjadi panas. Kekurangannya, desainnya lebih kompleks dan dapat menimbulkan sedikit "noise" pada saluran output karena proses switching-nya.

Raspberry Pi Pico menggunakan Switching Regulator jenis Buck Converter (Penurun Tegangan) yang sangat efisien. Pilihan ini sangat masuk akal mengingat Pico didesain untuk aplikasi portabel yang hemat daya seperti yang menggunakan baterai. Dengan efisiensi tinggi, daya dari baterai tidak terbuang percuma sebagai panas, sehingga memperpanjang usia pakai baterai. Pada Raspberry Pi Pico, regulator utama adalah switching regulator (RT6150B), sedangkan LDO (AP2112K-3.3) hanya dipakai khusus untuk suplai ADC agar noise rendah. Dalam kondisi tertentu, LDO AP2112K-3.3 juga berperan membantu suplai 3V3(OUT), namun kapasitas arusnya tetap terbatas.

Catatan: AP2112K-3.3 juga bisa menyuplai pin 3V3(OUT) ketika regulator utama dalam kondisi tertentu. 

 

Cara Kerja Internal Voltage Regulator di Raspberry Pi Pico

 

1. Input Daya Masuk: Daya masuk ke board Pico, baik dari USB (5V) maupun pin VSYS (1.8V-5.5V). Tegangan dari sumber manapun akan diarahkan ke jalur VSYS.

2. Proses Konversi oleh RT6150B: Tegangan pada VSYS ini kemudian menjadi input bagi IC regulator RT6150B. IC ini adalah buck converter cerdas yang bekerja menggunakan teknik switching berfrekuensi tinggi (seperti PWM).

- FET Switch: Di dalam RT6150B, terdapat switch elektronik (MOSFET) yang membuka dan menutup aliran listrik dari VSYS menuju inductor dengan sangat cepat (ratusan ribu hingga jutaan kali per detik).

- Peran Inductor (L1): Ketika switch terbuka, arus mengalir dan menyimpan energi dalam medan magnet inductor. Ketika switch tertutup, arus dari VSYS terputus. Medan magnet pada inductor yang kolaps akan menghasilkan tegangan yang menjaga aliran arus tetap berlanjut (seperti gaya kelembaman).

- Peran Capacitor (C5 dan lainnya): Kapasitor bertindak sebagai "kolam kecil" atau penyangga. Ia menyimpan muatan listrik saat tegangan naik (saat switch on) dan melepaskannya saat tegangan turun (saat switch off), sehingga meratakan gelombang tegangan yang dihasilkan dari proses switching menjadi tegangan DC yang hampir datar dan stabil di 3.3V.

Catatan: Nomor komponen (misalnya L1, C5) bisa berbeda tergantung versi board, tetapi fungsinya sama. 

3. Output yang Stabil: Hasil akhir dari proses switching yang rumit ini adalah tegangan 3V3 yang stabil, bersih, dan siap pakai. Tegangan inilah yang kemudian disalurkan ke:

- Mikroprosesor RP2040.

- Memori flash 2MB, dan yang tak kalah penting, ke pin 3V3(OUT) pada header Pico. Pin ini memungkinkan Anda untuk memberi daya pada sensor, modul, atau komponen eksternal lain yang juga membutuhkan tegangan 3.3V, seperti sensor OLED I2C, accelerometer, atau modul nRF24L01.

4. Fitur Tambahan: Power Management Integrated Circuit (PMIC)

Selain RT6150B, Pico juga memiliki chip kecil lain yang sering dianggap remeh: AP2112K-3.3. Ini adalah Linear Regulator (LDO). Tegangan 3.3V dari buck converter utama masih digunakan untuk menyalakan LDO ini. Lalu, untuk apa?

LDO ini bertugas menghasilkan tegangan 3.3V yang sangat bersih (ultra-low-noise) khusus untuk Analog-to-Digital Converter (ADC) pada RP2040. ADC adalah komponen yang sangat sensitif terhadap noise listrik, bahkan noise kecil dari buck converter dapat mengganggu akurasi pembacaan sensor analog. Dengan menggunakan LDO yang "bersih" ini, Raspberry Pi Pico memastikan pembacaan nilai analog melalui pin GP26-GP28 selalu akurat dan andal.

 

Implikasi Praktis untuk Pemula: Apa yang Perlu Diketahui dan Diperhatikan?

 

1. Jangan Sumber Dayakan 3V3(OUT) dan VSYS/USB Secara Bersamaan!

Ingat, pin 3V3(OUT) adalah KELUARAN dari regulator internal. Jangan sekali-kali memasukkan tegangan dari luar ke pin ini. Jika Anda melakukannya, Anda akan "memaksa" tegangan ke dalam output regulator, yang hampir dipastikan akan merusak IC regulator RT6150B dan mungkin juga RP2040. Selalu gunakan VSYS atau USB sebagai input daya.

2. Batasan Arus pada Pin 3V3(OUT)

Regulator internal Pico memiliki batasan berapa banyak arus yang dapat disuplainya. Secara keseluruhan, sistem Pico (RP2040 + flash) dapat menarik arus hingga sekitar ~100mA saat beroperasi aktif. Pin 3V3(OUT) dapat menyediakan arus tambahan hingga sekitar 300mA untuk komponen eksternal Anda, tergantung kondisi catu daya. Jika total konsumsi Anda (Pico + semua sensor/modul) mendekati atau melebihi 300mA, regulator dapat menjadi terlalu panas dan mengalami thermal shutdown atau rusak.

- Contoh Perhitungan: Jika Anda menggunakan layar OLED ( konsumsi ~20mA), sensor suhu (~5mA), dan beberapa LED (~10mA masing-masing), Anda masih berada dalam batas aman. Namun, jika Anda ingin menyalakan motor DC kecil atau banyak LED yang powerful, pertimbangkan untuk menggunakan catu daya eksternal yang terpisah untuk komponen tersebut.

3. Keuntungan dari Fleksibilitas VSYS

Kemampuan VSYS menerima tegangan dari 1.8V hingga 5.5V membuka banyak peluang. Anda dapat dengan mudah menghubungkan:

- 2 atau 3 baterai AA/AAA (3V atau 4.5V).

- Baterai Li-Po 3.7V (yang tegangannya bisa antara 3.2V saat hampir habis hingga 4.2V saat penuh). Buck converter di Pico akan dengan efisien menstabilkannya menjadi 3.3V di seluruh rentang tegangan tersebut.

- Panel surya yang outputnya tidak stabil.

4.  Pendinginan yang Cukup

Tingkat panas normal pada Raspberry Pi Pico tidak memerlukan heatsink. Namun, jika digunakan dengan beban tinggi mendekati arus, pastikan ada ventilasi udara yang baik.

 

Contoh Kode Program Monitoring Tegangan dengan ADC


from machine import ADC

import time


# Membaca tegangan VSYS melalui ADC pin 29

# Pico punya pembagi resistansi internal, sehingga hasil perlu dikalikan 3

vsys = ADC(29)


while True:

    raw = vsys.read_u16()  # Hasil pembacaan 16-bit

    voltage = raw * 3.3 / 65535 * 3  # Konversi ke volt

    print("Tegangan VSYS:", round(voltage, 2), "V")

    time.sleep(1)


Dengan memahami cara kerja internal voltage regulator, Anda bukan hanya menjadi pengguna Raspberry Pi Pico, tetapi juga seorang maker yang mampu merancang proyek yang lebih stabil, aman, dan efisien.

 

 

 

 

 

 

 

 

Siap Untuk Membuat Proyek Impianmu Menjadi Kenyataan?

Klik di sini untuk chat langsung via WhatsApp dan dapatkan dukungan langsung dari tim ahli kami! 

 

0 on: "Internal Voltage Regulator di Raspberry Pi Pico: Fungsi dan Cara Kerja untuk Pemula"